SEBUAH PILIHAN
Entah kenapa perasaanku tiba-tiba
berubah menjadi tak enak ! mungkin ini sugesti ku karna tinggal di pinggir
pantai, aku tinggal bersama ibu dan adikku di sebuah rumah yang dapat dibilang
sederhana bahkan sangat sederhana. Pagi ini ibu mengajak kami menikmati
pemandangan pantai. Ini bukanlah yang pertama kali tapi sudah yang berulang
kali. Akupun hanya menyetujui permintaan ibu yang dapat di bilang konyol itu ?
Kulihat ibu sedang menemani adikku
bermain pasir di tepi pantai, akupun tersenyum bahagia melihat semua itu.
Bagiku kekurangan dalam hidupku tak menjadi penghalang untuk memperoleh kebahagiaan.
Aku berjalan kearah mereka sembari membawa 3 buah kelapa muda. Aku tersenyum
ramah kearah ibu dan adikku sambil memberikan kelapa muda yang baru saja
aku beli.
Saat kami tengah menikmati segarnya
es kelapa muda, tiba-tiba cuaca berubah. Langit yang tadinya cerah berubah
menjadi hitam. Awan-awan seperti tertutup oleh kabut hitam yang entah dari mana
asalnya. Tanpa diduga-duga air laut naik, gelombang laut semakin tinggi dan
berhasil mengguyur orang-orang yang ada di sekitarnya. Aku berlari
menyelamatkan diri dari tragedi ini, namun ibu dan adikku terjebak dalam lautan
itu. Ku lihat wajah mereka, aku bingung ibu atau adikku lah yang harus ku
selamatkan terlebih dulu. Jujur aku tak sanggup bila harus kehilangan salah
satu dari mereka. Aku sangat bingung.
Aku berdoa kepada Allah, Lagi-lagi
aku diselimuti oleh rasa bingung, aku tau aku tak punya banyak waktu lagi aku
harus menyelamatkan salah satu dari mereka atau aku kehilangan mereka berdua.
selamatkan seseorang yang kemungkinan hidupnya masih panjang
Ku raih tangan adikku, dengan
sekuat tenaga aku berusaha menyelamatkannya dari ombak itu. Setelah ku berhasil
menyelamatkan adikku, aku segera menyelamatkan ibuku. Namun sepertinya takdir
berkata lain ibu hanyut dalam ombak besar itu. Sebelum ibu terhanyut beliau sempat
tersenyum memandangku dan adikku yang terbaring lemah di pangkuanku. Aku harus
merelakan semua ini, inilah keputusan yang ku ambil. Aku berlari sambil
menggendong adikku, berlari sejauh mungkin. aku sampai di sebuah tempat yang
akupun tak tahu dimana tempat itu, ombak pun mulai menyusut. Tak ada lagi
tsunami itu. Semuanya telah berakhir.
“kami selamat ? terima kasih ya
Allah” ujarku, bulir-bulir air membasahi kedua pipiku. Aku kembali teringat
akan sosok ibuku. Namun ku yakin inilah yang terbaik, inilah pilihan yang telah
aku ambil.
THE END...
Komentar
Posting Komentar