Aku tau, kita tidak saling mencintai. Aku tau, kita hanya dua orang yang saling menjadikan pelampiasan. Mungkin di beberapa kesempatan kita tidak saling menyadari, tapi dibeberapa akhir aku menyadari. Kamu yang menjadikanku sebagai pelampiasan agar bisa move on dari mantanmu, dan aku yang menjadikanmu pelampiasan agar aku tidak sedih pada hubunganku yang menggantung. Kita tidak lebih dari dua orang yang berusaha untuk saling menguatkan tapi dengan cara yang salah. Bukankah fair? Benar, kita memang sama-sama menjadikan satu sama lain sebagai pelampiasan, tapi bukankah itu menyakitkan? Bukankah kita tidak lebih dari dua orang yang saling menyakiti satu sama lain? Tidak ada cinta, tidak ada harapan, kita tidak lebih dari dua orang yang hanya menjalani kisah dengan tujuan yang berbeda. Tujuanmu adalah agar kamu bisa melupakan mantanmu, dan aku? Agar aku tidak lagi bergantung pada hubungan tidak jelasku. Kita mungkin memang menjadi sangat dekat, berusaha untuk saling memahami sat
Jujur aku tidak tau mengapa aku menulis semua ini, yang aku tau adalah dengan aku menulis aku mampu mengungkapkan semua isi hati tanpa ada yang aku tutup-tutupi. Tulisan ini bukan untuk siapapun, bukan untuk temanku, bukan untuk sahabatku, apalagi untuk cerita lamaku, tulisan ini kupersembahkan untuk diriku sendiri yang mulai kehilangan kepercayaan akan sebuah harapan. Tidak ada yang bisa membuatku bertahan dalam hidup selain sebuah harapan. Aku hidup dengan banyak harapan, its mean aku bisa sampai pada hari ini hanya karna harapan-harapanku. Tapi rasanya, hari ini, perlahan, harapan-harapanku mulai menghianatiku. Mempunyai banyak harapan adalah salah satu bentuk caraku untuk bertahan hidup. Tapi, hari ini aku memilih untuk pasrah. Tidak ada gunanya untuk berharap, karna semua terasa sia-sia. Aku tidak ingin menyerah, hanya saja aku tidak tau bagaimana untuk kembali memulai semua yang harus kuselesaikan. Percayaku sia-sia, harapanku tidak lagi ada gunanya, hidupku berjalan la