Langsung ke konten utama

Tentang sebuah ilusi


Untukmu perempuan yang pernah terluka
Untuk perempuan yang pernah berharap pada sebuah ilusi
Untukmu yang melemah pada suatu harapan

Kamu adalah perempuan yang perasaannya berhak untuk dihargai. Kamu adalah perempuan yang pantas untuk mendapatkan kebaikan diatas kebaikan-kebaikan yang lain. Dukamu, lukamu, dan pengorbananmu pada sebuah rasa adalah kekuatanmu untuk menjadikanmu sebagai perempuan yang lebih kuat, perempuan yang lebih tegar, dan lebih tangguh dari sebelumnya. Sedalam apa lukamu mungkin pernah melemahkanmu, tapi jangan biarkan dia menghancurkanmu. Sakitnya harapanmu mungkin pernah mengubah sebagian kehidupanmu, tapi jangan biarkan dia menguasaimu.

Lukamu mungkin menyakitkan, tapi kamu punya hati yang cukup kuat untuk menyembuhkannya. Aku tidak mengatakan ini mudah karena nyatanya ini begitu sulit, tapi dia yang berusaha kelak akan menuai hasil. Seperti kamu yang berusaha menyembuhkan lukamu, kelak kamu akan dapat menghapus lukamu.

Jangan pernah menyalahkan takdir, karena kenyataannya kamu hancur karena harapan yang kamu bangun sendiri. Rasamu tidaklah salah, tapi berharap pada apa yang belum menjadi kenyataanmu adalah sebuah kesalahan. Kamu tau benar bahwa sebaik-baiknya pengharapan hanyalah pada Allah dan seburuk-buruknya harapan adalah berharap pada manusia. Lantas mengapa kamu harus memaki sang pencipta dengan menganggapnya telah menghancurkan hatimu?

Kamu adalah perempuan kuat yang mampu mengambil sikap. Kamu tau mana baik dan buruknya sebuah pilihan, tapi setiap pilihan memiliki risikonya sendiri. Setiap persoalan perempuan hanyalah tentang sebuah ilusi yang menjelma menjadi perasaan, tapi ternyata semuanya tidak sesederhana kalimat tersebut. Perasaan adalah fatamorgana rumit yang perlu kamu pecahkan, jangan pernah bermain-main dengan perasaan, sejatinya perasaan bukanlah sebuah permainan.

Untukmu yang pernah memiliki rasa atau memendam sebuah perasaan. Aku tidak akan menyarankan untuk melupakan perasaan itu ataupun membencinya. Tapi cobalah untuk memahami sebuah perasaan. Terkadang yang kamu anggap baik tidak selamanya baik, dan yang kamu anggap buruk bukanlah sebuah keburukan. Cobalah untuk bijak dalam bersikap, Jika perasaan itu menyakitimu, tinggalkanlah. Untuk apa kamu bertahan sedang itu sama halnya dengan melukai hatimu dengan pedangmu sendiri?

Aku pernah membaca sebuah kalimat bahwa mereka yang mencintai dengan tulus sering kali dikecewakan. Ya! Karena Sang Pencipta cemburu pada perasaan hambaNya. Jangan pernah melewati batasanmu, percayalah kamu pun punya kepercayaan bahwa yang membolak-bolakkan hati manusia hanyalah Allah. Lalu untuk apa kamu bersedih? Padahal kamu tau bahwa semua itu buah dari harapanmu.

Aku menulis ini bukan karena sok pintar, apalagi sok tau tentang perasaan perempuan. Tapi aku menulis ini karena aku mengerti bahwa tidak selamanya sikap kita tentang sebuah rasa itu adalah benar.

Untukmu setiap perempuan yang mencintainya dalam diam. Cintailah penciptamu seperti Dia mencintaimu, percayalah suatu saat nanti Dia akan memberikan jawaban atas doa-doamu. Kita tidak tau doa keberapa yang akan dikabulkan, tapi Allah selalu mendengarkan permintaan hambaNya.

Aku tidak melarangmu untuk mencintainya, karena cinta adalah fitrah. Tapi ingatlah batasanmu, jangan biarkan cinta yang belum halal itu hanya akan menjadi awal dari kehancuranmu. Bersikaplah dengan baik dalam hal cinta, kelak kamu akan mengerti betapa melibatkan Allah dalam setiap persoalan adalah yang terbaik untuk kehidupanmu.

Saranku, ikhlaskanlah segala hal yang belum tentu menjadi kenyataanmu. Ketika Allah menakdirkan itu untukmu, kelak di saat yang tepat kamu akan bertemu kembali pada hal yang pernah menjadi ilusimu. Tapi ketika akhirnya kamu tidak dibersamakan dengan orang yang kamu harapkan saat ini, percayalah kamu akan mendapat gantinya yang jauh lebih baik untukmu. Teruslah memperbaiki diri, untuk menanti dirinya yang diam-diam juga sedang memantaskan diri untukmu.

Sekian, semoga kamu mengerti apa maksud dari setiap tulisanku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WAKTU YANG MENGALIH

WAKTU YANG MENGALIH… 14 february 2000 Perahu Kertas Navy tersenyum melihat album fotonya, gadis kecil ini memang mempunyai sahabat yang sangat menyayanginya. Sahabat yang ia kenal sejak ia berusia tiga tahun. Awal pertemuannya begitu indah, saat itu ia tengah bermain perahu di pantai dan saat itu pula ia bertemu dengan sahabatnya, dan hingga kini ia masih bersahabat dengan Fachri. Fachri, ia memang terlahir dari keluarga yang berkecukupan, namun tak jarang ia tidak mendapatkan kasih sayang  dari orang tuanya. ****     

Sebatas Luka

Untuk kalian yang menganggap bahwa luka adalah hal yang bisa kalian jadikan bahan becandaan :) Sebatas Luka Hanya sebatas luka yang menurutmu tidak berarti sedikitpun. Setelah semua yang kita lalui, setelah segala kebaikan-kebaikan semu yang kulakukan, setelah segala rasa benci dan cinta yang berkecamuk. Aku tidak bisa memungkiri, bahwa cinta memang mampu mengalahkan segalanya termasuk pedih yang meskipun begini tidak kunjung untuk sembuh. Aku tidak menyalahkan dirimu atas semua yang terjadi padaku, yang kusesalkan hanyalah mengapa aku bisa seterluka ini padahal kita tidak benar-benar sedekat seperti yang kupikir.

Untukmu yang merasa sendiri

Untukmu yang merasa sendiri, Untukmu yang merasa bahwa tidak ada seseorang yang mengerti apa maumu, Untukmu yang merasa bahwa semua orang tidak ada disaat kamu butuh, Untukmu yang merasa bahwa hidupmu hanya persoalan kamu dan juga kamu Aku memahami duka dan lukamu, Aku memahami bagaimana kamu merasa kesepian padahal kamu sedang berada dalam keramaian, tenanglah kamu tidak perlu khawatir. Dukamu akan menguatkanmu. Terluka, Tanpa orang tau dan tanpa orang mengerti. Bahkan dirimu pun tidak mengerti seperti apa rasanya tapi kamu tau bahwa kamu terluka. Batinmu terlalu lemah, kamu tidak bisa berbagi dengan siapapun selain dengan dirimu sendiri dan juga dengan penciptamu tentunya. Berulang kali kamu ingin menangis tapi kamu tidak mampu menunjukkannya pada orang lain. Dan jika air matamu itu tumpah saat itu, aku tau bahwa itu adalah ketidakmampuanmu memendam apa yang sudah lama kamu pendam. Tapi ingatlah bahwa ada Allah yang tidak akan meninggalkanmu, ada Dia yang akan lebih memaham