sad story antara keluarga dan juga cinta yang tak berbalass...
Ketika kita sudah
tidak lagi saling memperhatikan, ketika itulah aku harus berhenti untuk
mencintaimu. Aku tidak pernah menyangka sebelumnya, perjuangan cintaku harus
berakhir sebelah tangan. Rasanya sangat berat bagiku untuk berhenti memberikan perhatian
untukmu, tapi hatiku juga lelah memperjuangkan semuanya sendirian. Belasan
bulan sama sekali tidak ada artinya untukmu, terlebih untuk cintaku yang
mungkin tak pernah kamu anggap. Ingin rasanya aku meronta, aku menyesal,
menyesal pernah mencintaimu. Seharusnya aku tau sejak awal, bahwa hubungan kita
tidak akan mungkin lebih dari teman. Mungkin berat bagiku, andaikan aku
mengatakannya, dapat kupastikan kamu akan lebih bisa menghargai perasaanku.
Semuanya
mengingatkanku akan pernah hadirnya dirimu, kamu seperti bayangan yang tak
dapat kusentuh. Kamu datang dan pergi sesuka hati. Seenak hati kamu memainkan
perasaanku tanpa sebuah alasan yang tepat. Jika aku boleh berkata jujur,
mungkin aku adalah orang yang pertama kali kecewa pada sikapmu. Atau mungkin
aku adalah orang yang jatuh tersungkur dan tidak dapat bangkit lagi. Seperti
tak ada kebahagiaan dalam hidupku. Keluargaku, orang yang paling dekat denganku
tak pernah bisa mengerti perasaanku. Mereka selalu menyalahkanku tanpa
menjelaskan apa salahku. Dan aku hanya bisa menangis penuh harap mereka akan
mengetahui apa yang sebenarnya aku rasakan. Kamu, yang dulu selalu memberiku
semangat juga mengerti akan kebutuhan seakan berubah menjadi sosok yang tak
pernah kukenali sebelumnya. Kamu seperti menjauh, seperti mengejar angan yang
kutau mungkin itu cinta yang selalu kamu dambakan. Saat ini, bagiku tidak ada
lagi hal yang penting yang harus kufokuskan pada fikiran utamaku. Bagaimanapun
aku seperti kunang-kunang yang kehilangan cahaya, seperti orang yang telah
kehilangan perhatian dari orang yang kusayang.
Berulang kali
kukerjapkan, berharap ini hanyalah sebuah ilusi. Tapi berulang semuanya adalah
kenyataan yang harus segera kuhadapi. Kemana kalian disaat aku benar-benar
membutuhkan kalian. Aku merasa seperti orang yang kesepian, tidak ada yang
memperdulikan, tidak ada yang memberi perhatian. Dan hidupku seakan hambar tak
berwarna sedikitpun. Coba jelaskan dimana letak salahku hingga kalian berubah
seperti ini. Apa kesalahanku tidak bisa lagi
kalian maafkan? Aku tau, aku bukanlah sosok sempurna yang kalian
harapkan, banyak kekurangan yang ada dalam diriku. Tapi apa aku salah jika aku
menuntut perhatian dari kalian? Jika ini salah, katakan apa yang sebenarnya
benar. Bagaimanapun aku juga manusia yang tidak bisa hidup sendiri. Kamu..
seolah pembohong yang paling besar. Seseorang yang munafik, yang dengan
mudahnya mengingkari janjinya, yang
dengan mudahnya mencampakkanku tanpa memperdulikan bagaimana perasaanku sebenarnya. Andaikan kita bisa
bertukar hati, andaikan kamu merasakan apa yang aku rasakan. Mungkin kamu akan
mengerti seperti apa rasanya dicampakkan, seperti apa rasanya kehilangan saat
kita menyayanginya. Seperti apa rasanya dijatuhkan saat kita sedang terbang
tinggi. Sakit! Meski aku tidak dapat menunjukkan wujud sakit itu, tapi aku
ingin menunjukkan seperti apa rasa sakit itu.
Jika aku memang
tidak pantas menjadi bagian darimu, jika aku memanglah beban untukmu dan juga
keluargaku. Ajari aku, ajari aku untuk berhenti menjadi bayang-bayang yang menyulitkan
untuk kalian. Aku tidak bisa melakukannya sendiri. Kalian, kalianlah yang
mengajariku bagaimana rasanya bahagia tapi kenapa harus kalian juga yang
mengajariku arti sakit yang mendalam ini. Semua yang kurasakan adalah hal yang
tak pernah kalian bayangkan. Tangisan ini seolah bukanlah hal yang penuh arti
buat kalian, seperti tak berharga. Kenapa harus aku yang merasakan sakit ini?
Hatiku bukanlah batu yang tetap tegar meskipun terkikis air, tapi hatiku adalah
kaca yang sekali pecah tidak dapat utuh kembali.
Bayangkan.
Bayangkan bila kalian berada diposisiku. Apa kalian akan mengatakan hal yang
sama? Selama ini aku memendamnya, aku berusaaha menutupinya lewat senyum yang
sama sekali tidak pernah kulukis dengan hatiku dan kalian dengan bodohnya
menganggap aku baik-baik aja. Tolong katakan, aku yang terlalu bodoh atau
kalian yang terlalu polos?
Komentar
Posting Komentar