Ada banyak cara Tuhan menghadirkan cinta.
Kuakui kalau untuk membahas soal cinta, mungkin aku patut bertanya pada hatiku.
Bukan, bukan karna aku tak pernah merasakan cinta, juga bukan karna aku tak pernah jatuh cinta, tapi
karna—ah sudahlah lupakan, itu ngga penting. Aku merasakan cinta, tapi bukan
cinta seperti yang orang lain rasakan. Memang aku harus mengakuinya, untuk
menjaga perasaan ini selama belasan bulan tak mudah. Terkadang aku lelah,
terkadang aku bersemangat untuk bertahan. Seperti manusia labil yang tak punya
prinsip tetap. Aku menjalani hariku dengan perasaan yang tak berubah, perasaan
yang justru makin hari kian bertambah. Perasaan yang mungkin mampu melumpuhkan
hidupku. Aku ingat, waktu pertama kali dia mengatakannya, dia menyayangiku, dia
mencintaiku. Dia memberikan kenyamanan dalam hidupku, dan dia pula yang mampu
mewarnai hariku.
“semoga dengan beriring waktu rasa itu kian
hilang…” kalimatnya yang ia lontarkan, masih terngiang jelas dalam anganku,
bahkan mungkin masa tertata rapi dalam memoriku. Memang singkat, sesederhana
dia mengatakannya, tapi begitu menusuk hatiku, terisirat kekecewaan lewat
kalimatnya, selama ini aku dengan susah payah menjaga perasaan ini, tapi dia justru
mengharapkan sebaliknya. Tuhann.. dia seolah tak tahu apa-apa. Dia seolah
berakting dalam drama hidupku, seolah bersandiwara dengan dongeng yang tak
jelas skenarionya. Aku tahu, ini bukan salahnya apalagi karnanya, ini hanya
karna aku yang tak pernah mengatakan perasaanku yang sebenarnya. Tapi bukankah
kode itu sudah cukup jelas? Kenapa ngga ngerti juga? Ya, kalo kamu punya
kepekaan, bukan ngga mungkin kamu tau perasaanku. Tapi,, sekalipun dikode kamu
juga ngga peka dan semakin tak mengerti. Seperti yang pernah kukatakan tempo
lalu, untuk mengerti bahasa hati aja kamu tak mampu, apalagi meresponnya.
“iyaaa setuju deh sama kamu..” singkat,
padat, dan mungkin ngga jelas, jawaban yang aku kukatakan untuk menanggapi kalimatnya. Yang kulihat,
dia hanya mengangguk sambil terus memainkan handphonenya. HH
“oya kamu sendiri aja, pacar kamu kemana?”pertanyaannya
mampu membungkam mulutku, aku pikir semakin lama semakin ngawur dan semakin
menyakitkan. Bodoh! Siapa yang bodoh? Aku atau memang dia yang pura-pura tak
mengerti perasaanku? Entahlah!
****
Biasanya berderet pesan darinya ia kirimkan
untukku, tapi sekarang? Jangankan berderet, selama satu bulan ini aku tak
pernah lagi menerima pesan darinya,. Aku merindukannya, munafik jika kukatakan
aku tak lagi mencintainya, sekalipun aku menegaskan hal itu, tetap aja untuk
perasaan hati tak ada yang bisa ku bohongi. Karna hati tercipta bukan untuk
berbohong apalagi bertelaga kemunafikan. Kemana kamu yang dulu mencintai aku? Kemana
kamu yang selalu merindukanku? Kemana kamu yang tak henti-hentinya menanyakan
kabarku? Dia hilang bagaikan terbawa angin, pergi tanpa meninggalkan jejak. Dia
pergi entah kemana dan membiarkanku bertanya-tanya tanpa adanya sebuah
kejelasan. Tergantung tak menentu. Cinta seperti apa ini? Cinta yang dikemas
dengan apik lalu dirobek begitu saja? Bukan cinta seperti ini yang kuharapkan,
bukan seperti ini yang kudambakan dalam hidupku. Ini bukan kehidupan, tapi
mimpi, mimpi yang akan berujung dengan kesuraman.
“kamu itu orang yang aku sayang, orang yang
aku cinta, adik dan juga sahabat buat aku…” kata-kata itu kembali terputar
dalam memoriku. Menari dalam bayanganku, kata-kata itulah yang membuatku
seperti ini, yang membuatku jatuh cinta. Simple memang, tapi bisa membuatku
jatuh cinta bak orang gila yang baru keluar dari rumah sakit jiwa. Terkadang
aku merasa bodoh, aku terlalu bodoh untuk mencintai orang seperti dia.
“--------‘’”
Aku tak mengerti arti dari semua ini, kupikir
dia sengaja menjauh dariku, bahkan akan meninggalkanku dengan perlahan tapi
pasti. Aku memang egois, aku inginkan semua perhatiannya yang seperti dulu,
perhatian yang menghangatkan tubuhku, serta kenyamanan yang selalu dia berikan
untukku, untuk hati dan raga ini. Aku ingin kamu yang selalu membuatku tertawa
penuh kebahagian bukan tertawa dibelakan cermin penuh luka. Aku butuh semua
itu. Sekarang, semua seperti terbelenggu dalam kegelapan, menyisahkan luka
pedih yang merobek jiwa. Aku merindukanmu sayang, aku ingin kita seperti dulu
lagi, bukan seperti ini, saling menjauh satu sama lain. Kamu tahu, kenal sama
kamu, sering komunikasi sama kamu, sayang sama kamu, tapi ngga bisa memiliki
kamu, itu hal yang paling menyakitkan dalam hidupku.
“semua butuh proses, ngga bisa semudah
ngebalik telapak tangan. Kamu tau itulah..”Sama, hingga detik ini semua masih
terasa sama. Tak berubah! Perasaan ini masih sama, persis seperti dulu, masih
tersimpan untuknya.
“hati bukan buat gonta-ganti,..”ia menjawab
dengan senyum kecil sambil merengkuh tubuhku, aku merasakan kehangatan itu
lagi. Tapi apa hanya sebatas kehangatan sahabat?
“walaupun dia udah sering banget nyakitin
kamu? Ngga peduli sama kamu? Bahkan sering buat kamu kecewa? Walaupun dia udah
hapus nomer kamu, Kamu bakalan tetep setia nungguin dia?” aku tak peduli pada
apa yang kutanyakan, aku hanya ingin semua jelas, aku hanya ingin tahu apa arti
diriku buat dia.
“yaps!” hanya satu kata yang ia berikan untuk
menjawab semua pertanyaanku. Dia tersenyum lebar sambil menatap mataku. Matanya
berbinar, memancarkan kebahagian tersendiri, membuat hatiku terasa sakit,
sangat sakit.
Kupalingkan wajahku dari tatapannya, tangisku
pecah, air mata yang sedari tadi ingin jatuh tak mampu kubendung,. Hancur! Kamu datang dan
pergi sesuka hatimu, kamu tarik ulur cintaku dengan gampangmu. Sekarang, semua
yang terpendam harus terbongkar. Satu kenyataan pahit menyayat hatiku. Pupus~
hilang sudah semua harapanku untuk bersamanya. Dia mengatakannya, tanpa dia
sadari, hatinya untuk orang lain, bahkan dia tak ingin pindah ke lain hati..
Sama seperti aku, aku menantinya, aku menyanyanginya, dan aku mencintainya tapi
dia? dia menanti yang lain, dia hiraukan penantianku selama belasan bulan, dia
biarkan air mataku jatuh, dia biarkan hatiku hancur, dia biarkan aku
membencinya. Aku mencintaimu dan kamu mencintai dia. SESEDERHANA ITUKAH KISAH
KITA?!
Komentar
Posting Komentar