Untuk kalian yang pernah kuanggap teman, tapi terang-terangan menganggapku musuh.
Ini sepatah kata yang mungkin bagimu sama sekali tidak bermakna, namun bagiku ini menjadi pengakuan dari hari-hari yang pernah terjadi selama kamu kuanggap sebagai teman.
Maaf kalo kehidupan yang aku jalani mengusik apa yang menjadi jalan kalian. Bukan bermaksud mencampuri, apalagi mengusik, hanya saja aku sedang menjalani hidup atas apa yang kuanggap baik dan benar.
Kalau kalian memang tidak suka, silahkan saja. Sederhananya memang kita tidak bisa memaksa orang atas kehendak yang kita ingin, memaksa orang untuk menyukai kita pun aku sama sekali tidak punya hak itu.
Kalian mungkin tidak mengenal aku sama sekali, yang kalian tau hanyalah aku yang menjadi benalu dalam setiap hal apa yang kalian anggap baik. Percayalah, membenci orang lain tanpa alasan yang jelas pun hanya akan membuang-buang waktu kalian saja.
Kalian punya waktu berharga yang seharusnya bisa kalian manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Hanya saja tolong jangan jadikan aku kambing hitam atas kesalahan yang sedang kalian tutupi. Semua itu hanya akan memperlihatkan bagaimana tidak bisanya kalian menyelesaikan permasalahan kalian sendiri.
Kalau kalian saja tidak mampu, mengapa harus menghakimi hidup orang lain? Sungguh, kalian bukan Allah yang punya hak atas semua itu. Bukan bermaksud sok Suci, toh aku juga hanya butiran debu yang sama sekali tidak bernilai. Tapi alangkah baiknya belajar pada hidup orang lain agar kalian dapat mensyukurinya. Bukan justru sibuk mencari-cari kesalahan orang lain. Semua itu hanya akan membuat kalian terlihat rendahan.
Kalau kalian ingin membenci, silahkan membenci. Tapi jangan berpura-pura bermulut manis padahal nyatanya mulut kalian pedas dibelakang. Pada setiap yang terjadi, aku berusaha memaklumi dan aku tetap diam. Tapi nyatanya batinku tidak cukup kuat menahan apa yang menjadi kenyataannya, bahwa kalian benar-benar memaksaku untuk membenci kalian. Jika sudah begini, apa aku akan tetap salah?
Ya! Bagi mata kalian, sebaik apapun hal yang kulakukan tetap saja buruk di mata kalian. Nyatanya kalian berpura-pura manis didepanku, berpura-pura menganggapku sebagai teman, berpura-pura sangat ingin berteman denganku. Lagi-lagi, semuanya hanyalah omong kosong, karna ya! Aku mengerti dan aku paham sekali lagi bahwa kalian tidak lebih dari manusia yang bermuka banyak. Kalian polos, tapi nyatanya kepolosan kalian hanyalah topeng didepanku.
Maaf, sudah cukup tiga tahun aku tetap diam. Padahal jauh dari itu aku paham bagaimana sikap kalian, dan lagi aku bersyukur karna Allah kembali memberi tahuku siapa kalian sebenarnya. Aku memang diam, tapi kecewaku akan tetap ada. Pada kalian yang kuanggap teman, nyatanya kalian bersikap seperti musuh yang punya banyak dendam.
Tidak perlu lagi berpura-pura, aku sudah cukup dewasa untuk memahami drama murahan kalian itu. Apa yang kalian tuai, itulah yang akan kalian dapat. Hari ini aku memutuskan untuk berhenti berteman bahkan peduli dengan kalian.
Maaf kalau kalian tidak menyukai tulisan ini. Aku hanya bereksperimen pada kata-kata yang kucintai. Suka atau tidak, terserah kalian. Yang jelas inilah kenyataannya yang terjadi.
Dan terakhir. Terima kasih telah menjadi pembenci ku, lewat sikap rendahan kalian, aku sadar bahwa aku harus lebih bersyukur atas kehidupan yang telah ditakdirkan untukku.
Ini sepatah kata yang mungkin bagimu sama sekali tidak bermakna, namun bagiku ini menjadi pengakuan dari hari-hari yang pernah terjadi selama kamu kuanggap sebagai teman.
Maaf kalo kehidupan yang aku jalani mengusik apa yang menjadi jalan kalian. Bukan bermaksud mencampuri, apalagi mengusik, hanya saja aku sedang menjalani hidup atas apa yang kuanggap baik dan benar.
Kalau kalian memang tidak suka, silahkan saja. Sederhananya memang kita tidak bisa memaksa orang atas kehendak yang kita ingin, memaksa orang untuk menyukai kita pun aku sama sekali tidak punya hak itu.
Kalian mungkin tidak mengenal aku sama sekali, yang kalian tau hanyalah aku yang menjadi benalu dalam setiap hal apa yang kalian anggap baik. Percayalah, membenci orang lain tanpa alasan yang jelas pun hanya akan membuang-buang waktu kalian saja.
Kalian punya waktu berharga yang seharusnya bisa kalian manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Hanya saja tolong jangan jadikan aku kambing hitam atas kesalahan yang sedang kalian tutupi. Semua itu hanya akan memperlihatkan bagaimana tidak bisanya kalian menyelesaikan permasalahan kalian sendiri.
Kalau kalian saja tidak mampu, mengapa harus menghakimi hidup orang lain? Sungguh, kalian bukan Allah yang punya hak atas semua itu. Bukan bermaksud sok Suci, toh aku juga hanya butiran debu yang sama sekali tidak bernilai. Tapi alangkah baiknya belajar pada hidup orang lain agar kalian dapat mensyukurinya. Bukan justru sibuk mencari-cari kesalahan orang lain. Semua itu hanya akan membuat kalian terlihat rendahan.
Kalau kalian ingin membenci, silahkan membenci. Tapi jangan berpura-pura bermulut manis padahal nyatanya mulut kalian pedas dibelakang. Pada setiap yang terjadi, aku berusaha memaklumi dan aku tetap diam. Tapi nyatanya batinku tidak cukup kuat menahan apa yang menjadi kenyataannya, bahwa kalian benar-benar memaksaku untuk membenci kalian. Jika sudah begini, apa aku akan tetap salah?
Ya! Bagi mata kalian, sebaik apapun hal yang kulakukan tetap saja buruk di mata kalian. Nyatanya kalian berpura-pura manis didepanku, berpura-pura menganggapku sebagai teman, berpura-pura sangat ingin berteman denganku. Lagi-lagi, semuanya hanyalah omong kosong, karna ya! Aku mengerti dan aku paham sekali lagi bahwa kalian tidak lebih dari manusia yang bermuka banyak. Kalian polos, tapi nyatanya kepolosan kalian hanyalah topeng didepanku.
Maaf, sudah cukup tiga tahun aku tetap diam. Padahal jauh dari itu aku paham bagaimana sikap kalian, dan lagi aku bersyukur karna Allah kembali memberi tahuku siapa kalian sebenarnya. Aku memang diam, tapi kecewaku akan tetap ada. Pada kalian yang kuanggap teman, nyatanya kalian bersikap seperti musuh yang punya banyak dendam.
Tidak perlu lagi berpura-pura, aku sudah cukup dewasa untuk memahami drama murahan kalian itu. Apa yang kalian tuai, itulah yang akan kalian dapat. Hari ini aku memutuskan untuk berhenti berteman bahkan peduli dengan kalian.
Maaf kalau kalian tidak menyukai tulisan ini. Aku hanya bereksperimen pada kata-kata yang kucintai. Suka atau tidak, terserah kalian. Yang jelas inilah kenyataannya yang terjadi.
Dan terakhir. Terima kasih telah menjadi pembenci ku, lewat sikap rendahan kalian, aku sadar bahwa aku harus lebih bersyukur atas kehidupan yang telah ditakdirkan untukku.
Komentar
Posting Komentar